UPACARA DAN KESENIAN DALAM MASYARAKAT DAYAK KANAYATN KALIMANTAN BARA



DAFTAR ISI

BAB. I  Pendahuluan
A.    Latar belakang
B.     Permasalahan
C.     Tujuan
BAB. II  Pembahasan
A.    Upacara Adat dalam masyarakat Dayak kenayant Kalimantan Barat
B.     Kesenian tradisional Suku Dayak kenayant Kalbar
BAB. III. Penutup
A.    Kesimpulan
B.     Saran
Daftar Pustaka 







..............................................................
..............................................................
..............................................................
..............................................................
..............................................................
..............................................................
..............................................................
..............................................................
..............................................................
..............................................................
..............................................................
..............................................................
..............................................................
..............................................................









KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan Puji dan Syukur atas Kehadiran Tuhan Yang Maha Esa karena Berkat  Rahmat Tuhan sehingga saya  dapat menyelesaikan tugas Ilmu Sosial Budaya Dasar ini dengan.
Tujuan dari penyusunan makalah ini untuk memicu kami dalam mengetahui Sosial dan Berdudaya kedepannya.
            Dalam penulisan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan dan kelemahannya. Dengan itu saya sangat mengharapkan koreksi dan saran perbaikan demi kesempurnaan makalah yang saya  buat ini, terutama kepada Dosen (ISBD) Ilmu Sosial Budaya Dasar mohon kritikan dan sarannya agar makalah ini bisa memotivasi kekedepannya agar lebih baik dalam pembuatan makalah selanjutnya.
            Kurang dan lebihnya kami mengucapakan Terima kasih kepada Dosen Ilmu Sosial dan Budaya Dasar (ISBD)

                                                                                   


disusun
ttd
TADEUS SUPANDI










BAB. I
PENDAHULUAN
A.          LATAR BELAKANG
Indonesia adalah Negara yang luas yang terbentang dari sabang hingga merauke. oleh  karena itu terdapat berbagai macam suku dan masyarakat setiap suku memiliki adat istiadat masing-masing yang menjadi keanekaragaman budaya di Indonesia
Setiap adat istiadat terdiri dari berbagai macam kebiasaan-kebiasaan yang secara turun menur un di warisi kepada anak cucu sejak bertaun-taun lamanya hal ini tentu saja dikarenakan  para leluhur dariinkan budaya mereka tetap terjaga tiap dan tidak punah.
Seiring dengan perkembangan zaman dan kemajuan teknologi pada saat ini makin banyak generasi muda yang tidak lagi mengikuti tradisi adat istiadat nenek moyang mereka. Mereka lebih cenderung mengikuti budaya asing yang berasal dari barat sering kali di kenal dengan westeren culture. Anak –anak cendrung menyukai permain-permainan moderen dan tidak lagi mengetahui maupun mengenal permainan-permainan tradisional. Lebih mengetahu peringata-peringatan internasional dibanding nasional terlebih tradisional. Dapat dilihad dari mereka yang bersukaria hari valentine yang jelas-jelas berasal dari negara lain dibandingkan merayakan upacara-upacara nenek moyangnya
   Berdasarkan kenyataan tersebut maka penulis hendak mengangkat kembali topik mengenai budaya dan adat istiadat masyarakat Dayak kenayant berserta upacara-upacara tradisionalnya dengan makalah ”Upacara dan Kesenian Dalam Masyarakat Dayak kenayant Kalimantan Barat
B.           Permasalahan
1.      Jenis-jenis Upacara naik Dango apa saja yang dilakukan oleh masyarakat Dayak kenayant?
2.      Apa saja kesenian  yang ditampilkan dalam upacara naik dango Dayak kenayant?



C.          Tujuan
1.      Untuk menngetahui jenis-jenis upacara tradisional masyarakat suku Dayak kenayant beserta prosesi dan makna naik dango dari upacara tersebut
BAB. I I
PEMBAHASAN
A.                Upacara Adat Naik Dango Kalimantan Barat
acara adat Naik Dango adalah sebuah upacara untuk mengungkapkan rasa syukur kepada Nek Jubata (sang pencipta) atas hasil panen padi yang melimpah. Selain untuk bersyukur, masyarakat Dayak di Kalimantan Barat melakukan upacara Naik Dango ini juga untuk memohon kepada Sang Pencipta agar hasil panen tahun depan bisa lebih baik, serta masyarakat dihindarkan dari bencana dan malapetaka.
Tahap pelaksanaan upacara Naik Dango yaitu sebagai berikut :
a.           Sebelum hari pelaksanaan
Sebelum hari pelaksanaan, terlebih dahulu dilakukan pelantunan mantra (nyangahathn) yang disebut Matik. Hal ini bertujuan untuk memberitahukan dan memohon restu pada Jubata.
b.           Saat hari pelaksanaan
·         Pada hari pelaksanaan dilakukan 3 kali nyangahathn :
 pertama di Sami, bertujuan untuk memanggil jiwa atau semangat padi yang belum datang agar datang kembali ke rumah adat.
·          kedua di Baluh/Langko, bertujuan untuk mengumpulkan semangat padi di tempatnya yaitu di lumbung padi.
·          ketiga di Pandarengan, tujuannya yaitu berdoa untuk memberkati beras agar dapat bertahan dan tidak cepat habis.
Naik Dango merupakan satu-satunya peristiwa budaya Dayak Kendayan yang dilaksanakan secara rutin setiap tahun. Dalam Upacara Adat Naik Dango, selain acara inti yakni “nyangahathn”.Upacara Adat Naik Dango intinya hanya berlangsung satu hari saja tetapi karena juga menampilkan berbagai bentuk budaya tradisional di antaranya berbagai upacara adat, permainan tradisional dan berbagai bentuk kerajinan tangan yang juga bernuansa tradisional, sehingga acara ini berlangsung selama tujuh hari. Penyajian berbagai unsur tradisional, selama Upacara Adat Naik Dango ini, menjadikannya sebagai even yang eksotis ditengah-tengah kesibukan masyarakat Dayak.
Upacara Adat Naik Dango merupakan perkembangan lebih lanjut dari acara pergelaran kesenian Dayak yang diselenggarakan oleh Sekretariat Bersama Kesenian Dayak (SEKBERKESDA) pada tahun 1986.3 perkembangan tersebut kuat dipengaruhi oleh semangat ucapan syukur kepada Jubata yang dilaksanakan Masyarakat Dayak Kendayan di Menyuke setiap tahun setelah masa panen padi usai.
Dalam bentuknya yang tradisional, pelaksanaan Upacara Adat pasca panen ini dibatasi di wilayah kampung atau ketemanggungan. Inti dari upacara ini adalah nyangahathn yaitu pelantunan doa atau mantra kepada Jubata, lalu mereka saling mengunjungi rumah tetangga dan kerabatnya dengan suguhan utamanya seperti: poe atau salikat (lemang atau pulut dari beras ketan yang dimasak di dalam bambu), tumpi cucur), bontonkng (nasi yang dibungkus dengan daun hutan seukuran kue), jenis makanan tradisional yang terbuat dari bahan hasil panen tahunan dan bahan makanan tambahan lainnya.
B.       ASAL MULA NAIK DANGO
Naik Dango didasari mitos asal mula padi menjadi popular di kalangan orang Dayak Kalimantan Barat, yakni cerita “Ne Baruankng Kulup” yaitu Kakek Baruangkng Yang Kulup karena tidak sunat. Cerita itu dimulai dari cerita asal mula padi berasal dari setangkai padi milik Jubata di Gunung Bawang yang dicuri seekor burung pipit dan padi itu jatuh ke tangan Ne Jaek (Nenek Jaek) yang sedang mengayau. Kepulangannya yang hanya membawa setangkai buah rumput (padi) milik Jubata, dan bukan kepala yang dia bawa menyebabkan ia diejek. Dan keinginannya untuk membudidayakan padi yang setangkai itu menyebabkan pertentangan di antara mereka sehingga ia diusir. Dalam pengembaraannya ia bertemu dengan Jubata. Hasil perkawinannya dengan Jubata adalah Ne Baruankng Kulup. Ne Baruankng Kulup inilah yang akhirnya membawa padi kepada “talino” (manusia), lantaran dia senang turun ke dunia manusia untuk bermain “Gasing”. Perbuatannya ini juga menyebabkan ia diusir dari Gunung Bawang dan akhirnya kawin dengan manusia. Ne Baruankng Kulup lah yang memperkenalkan padi atau beras untuk menjadi makanan sumber kehidupan manusia, sebagai penganti “kulat” (jamur, makanan manusia sebelum mengenal padi), bagi manusia. Namun untuk memperoleh padi terjadi tragedi pengusiran di lingkungan
manusia dan jubata yang menunjukan kebaikan hati Jubata bagimanusia.
Makna Upacara Adat Naik Dango bagi masyarakat Suku Dayak Kendayan antara lain , yaitu pertama: sebagai rasa ungkapan syukur atas karunia Jubata kepada manusia karena telah memberikan padi sebagai makanan manusia, kedua: sebagai permohonan doa restu kepada Jubata untuk menggunakan padi yang telah disimpan di dango padi, agar padi yang digunakan benar-benar menjadi berkat bagi manusia dan tidak cepat habis, ketiga: sebagai pertanda penutupan tahun berladang, dan keempat: sebagai sarana untuk bersilahturahmi untuk mempererat hubungan persaudaraan atau solidaritas.
Dalam kemasan modern, upacara Adat naik Dango ini dimeriahi oleh berbagai bentuk acara adat, kesenian tradisional, dan pameran berbagai bentuk kerajinan tradisional. Hal ini menyebabkan Naik Dango lebih menonjol sebagai pesta dari pada upacara ritual. Namun dilihat dari tradisi akarnya, ia tetap sebuah upacara adat.



 iUpacara dalam masyarakat Dayak Kanayatn tidak dapat dipisahkan dari sistem kepercayaan dan religi. Perwujudannya direalisasikan melalui berbagai ritus atau upacara ritual, agar mereka memperoleh pertolongan roh gaib, roh para leluhur, dan Jubata. Upacara dalam konsep kepercayaan seperti itu dimaksudkan sebagai pembuktian keyakinan terhadap Jubata sekaligus pemantapannya. Ia merupakan transpormasi hubungan manusia dengan alam gaib sebagaimana tergambar dalam setiap prosesi upacara. Di sinilah masyarakat memperjelas dan mempertegas konsep tentang apa yang mereka yakini dan adat yang mereka jalankan. Usaha memperjelas itu dilalui dengan tindakan, mantra-mantra, nyanyian, musik dan tari, sampai pada penuangan simbol-simbol tertentu. Konsep seperti ini akhirnya membawa posisi religi lebih mendominasi dalam kehidupan mereka. Mereka membagi upacara-upacara tersebut menjadi beberapa macam sebagai beikut.
1.      Upacara yang Berkaitan dengan Inisiasi
ü   Upacara sebelum perkawinan.
Biasanya sebelum upacara pernikahan diadakan, terlebih dahulu pihak keluarga melakukan Bahaupm (musyawarah). Pada upacara ini calon mempelai laki-laki dan mempelai perempuan akan menentukan apakah suami ikut istri atau sebaliknya.
2.      Upacara Ngaladakng Buntikng
Upacara ini dilaksanakan di kamar suami istri pada saat hamil 3 bulan. Upacara ini dilakukan dengan maksud menghindari keguguran, terutama saat hamil pertama.
3.        Upacara Batalah
Upacara Batatah, yaitu upacara untuk memberi nama pada bayi yang baru lahir. Upacara ini dilakukan setelah tiga atau tujuh hari kelahiran bayi yang didahului dengan prosesi pemandian bayi. Apabila upacara ini dilakukan pada hari ketiga setelah kelahiran bayi, maka upacara ini harus disertai dengan penyembelihan seekor ayam untuk selamatan. Bila upacara dilaksanakan pada hari ketujuh, maka disembelih seekor babi untuk perjamuan dan balas jasa yang menolong kelahiran.

4.        Upacara Batenek
Batenek adalah upacara melubangi telinga anak perempuan. 
Upacara ini dilakukan setelah anak berumur antara dua sampai tiga tahun.
5.        Upacara Babalak
Babalak adalah upacara penyunatan anak laki-laki di bawah usia sepuluh tahun. Upacara ini masih tetap dijalankan walaupun orang Dayak masih memegang kuat kepercayaan lama. Dalam upacara ini biasanya disembelih tiga ekor babi dan dua belas ekor ayam. Bagi keluarga yang tidak mampu, perayaannya dapat digabungkan dengan keluarga lain yang mampu, namun harus menyumbang seekor ayam, tiga kilogram beras sunguh (beras biasa), dan tiga kilogram beras pulut (ketan).
6.        Upacara Nabo’ Panyugu Tahutn
Upacara ini dilakukan untuk menetapkan lokasi pertanian dengan sembahyang di Panyugu untuk memohon keselamatan dan berkah yang baik. Hal ini dilakukan karena masyarakat Dayak Kanayatn parcaya bahwa keberhasialan ritual dapat menentukan keberhasilan panen mereka tahun itu.
7.         Upacara Ngawah
Upacara ini dilakukan malam hari untuk mencari tempat yang cocok untuk menanam padi. Pencarian lahan dilakukan dengan cara mengetahui gajala-gejala alam seperti bunyi burung dan binatang yang dapat memberi petunjuk kepada mereka dalam menentukan lahan pertanian. Adapun binatang-binatang itu, seperti kunikng, kalingkoet, tampi’ seak, ada’atn. Jika terdengar bunyi di atas bukit, berarti pertanian di dataran tinggi akan berhasil (ladang), namun bila bunyi berasal dari lembah, maka hal itu merupakan tanda pertanian ladang akan suram. Bila ditemukan bangkai binatang di atas lahan pertanian, menandakan bahwa lahan yang sudah ditentukan itu baik untuk ditanami.
8.        Upacara Mandangar Rasi
Upacara ini dilakukan setelah upacara Ngawah. Upacara ini merupakan tanda bunyi dari alam yang menyatakan baik atau buruk hasil pertanian nanti (pesan rasi). Apabila pesan rasi dianggap baik, maka pekerjaan diteruskan, sebaliknya bila pesan dari rasi tidak baik, maka pekerjaan harus dihentikan.
9.        Kegiatan Ngaratas
Ngaras merupakan kegiatan membuat lajur batas atas lahan pertanian dengan lahan tetangga. Setelah itu barulah bahuma (menebas) hutan sampai dengan selesai. Hal ini dilakukan untuk menghindari kesalahpahaman dan agar tidak terjadi pengambilan batas tanah ladang orang lain.



10.    Upacara Naik Dango
Upacara Naik Dango merupakan upacara inti dari beberapa tahapan upacara yang berkaitan dengan panen padi (pesta penen). Upacara ini merupakan upacara syukuran padi yang dilaksanakan masyarakat Dayak Kanayatn setiap setahun sekali pada tanggal 27 April. Pelaksanaannya dilakukan secara bergiliran setiap kecamatan di Kabupaten Landak. Upacara ini merupakan upacara besar yang banyak melibatkan masyarakat dan kesenian di dalamnya.
11.    Tradisi Lisan dan Adat Dayak Kanayatn
Tradisi lisan Dayak Kanayatn sama halnya dengan adat yang berlaku dalam kehidupan mereka. Adat ini meliputi seluruh aspek kehidupan dan berpengaruh pada kehidupan masyarakat. Ia mengatur kehidupan masyarakat dalam berinteraksi. Ketika masyarakat Dayak Kanayatn melanggar hukum adat, mereka sangat malu ketimbang mereka melanggar peraturan pemerintah. Hal ini karena adat merupakan peraturan warisan nenek moyang yang bersifat universal dan mengikat. Tidak menghormati adat dianggap “tidak beradat”. Bila masyarakat Dayak Kanayatn tidak beradat, maka dapat disamakan bukan orang Dayak. Hal seperti inilah yang menyebabkan tradisi lisan dan adat sangat dihormati, serta dijunjung tinggi dalam kehidupan masyarakatnya.
Tradisi lisan Dayak Kanayatn terkait erat dengan upacara. Semua tata pergaulan, perilaku dan upacara dalam masyarakat Dayak Kanayatn diatur oleh adat dan adanya sangsi bagi setiap pelanggaran. Melalui adat ini pula semua bentuk upacara dan musik dalam upacara dapat terjaga kelestariannya. Artinya adat atau tradisi lisan Dayak Kanayatn mengharuskan adanya upacara, sedangkan upacara berkaitan erat dengan musik sebagai bagian upacara.
Tradisi lisan masyarakat Dayak Kanayatn merupakan bagian dari mitos yang berhubungan dengan kepercayaan. Mitos-mitos ini menerangkan suatu kejadian yang suci atau suatu peristiwa yang dialami nenek moyang jaman dahulu. Masa purba merupakan masa yang suci dan pada waktu itu masih terjadi pertemuan dengan Ilahi. Keseluruhan mitos ini menjadi dasar tingkah laku untuk mendukung stabilitas pergaulan di masyarakat. Masyarakat sangat menghormati mitos, karena adat lahir dari mitos tersebut. Oleh karena itu wajar saja bila sebagian orang menganggap mitos sebagai kitab sucinya masyarakat Dayak Kanayatn, bahkan bagi seluruh masyarakat Dayak di Kalimantan.
Tradisi lisan Dayak Kanayatn terbagi menjadi dua bagian, yaitu yang bercorak cerita, seperti cerita rakyat, legenda, epik, dan yang bercorak bukan cerita, seperti ungkapan, nyanyian puisi lisan, peraturan dan upacara adat.1. Adapun tradisi lisan tersebut adalah sebagai berikut :
v  Bercorak Cerita adalah :
v  Singara, jenis cerita rakyat biasa yang berhubungan dengan situasi kehidupan di masyarakat, seperti cerita jenaka, cerita pelipur lara, cerita binatang dan cerita percintaan.
v  Gesah, adalah cerita yang berhubungan dengan agama lama atau agama asli dan asal usul kehidupan. Contohnya cerita pahlawan, asal usul dunia, kehidupan, manusia, asal usul padi dan bercocok tanam (berladang), dan lain sebagainya.
v  Osolatn, yaitu kisah asal usul keturunan (jujuhatn) atau tentang silsilah keturunan suatu keluarga yang dapat dilacak lewat cerita tersebut. Contohnya seperti Osolatn atau jujuhatn Bukit Talaga.
v  Batimakng, yaitu kegiatan yang bersifat hiburan atau bujukan orang tua untuk anak-anak. Biasanya dibawakan pada waktu senggang atau saat mau tidur, seperti pepatah, pantun atau lagu (lagu pengantar tidur).
v  Pantutn, yaitu cerita berbentuk puisi yang berisi nasehat, peringatan, dan kasih sayang. Pantun ini banyak dibawakan dalam lagu-lagu Jonggan
v  Sungkalatn atau sungkaatn, yaitu cerita berbentuk perumpamaan atau pepatah tentang peringatan, penjelasan dan nasehat.
v  Salong, yaitu cerita dalam bentuk sindiran tentang suatu kebiasaan atau perilaku yang kurang baik mengenai pergaulan dalam masyarakat.
v  Bercorak Bukan Cerita
v  Sampore’, yaitu upacara yang berhubungan dengan rehabilitasi hubungan yang pernah cacat atau selisih, seperti dalam upacara perobatan Lenggang, Liatn, Dendo, Babuis (karena jukat atau roh halus yang mengganggu), Bapipis dan Batapukng Tawar.
v  Lala’, adalah semacam pantang atau larangan bagi masyarakat Kanayatn untuk makan makanan jenis tertentu, melakukan perkerjaan tertentu. Sebagai contoh bapantang sehabis mengadakan upacara ka’ Panyugu yang dilakukan masyarakat Dayak Kanayatn di sekitar Bukit Talaga.


v  Tanung, yaitu menentukan jenis perbuatan untuk mencari cara terbaik sebelum melakukan sesuatu dalam keadaan mendesak, seperti keadaan gawat, perang dan lain sebagainya. Tanung ini terbagi menjadi 5 macam, yaitu Tanung Ai’, Tanung Tali, Tanung Karake’, Tanung Sarakng Pinang, dan Tanung Dapa’ Layakng.
v  Baremah, yaitu permohonan penutup dalam suatu upacara atau sebagai tanda syukur atas hasil pekerjaan, seperti upacara pasca panen.
v  Renyah, yaitu sejenis pantun yang dilagukan yang biasanya berisi nasehat, sindiran, dan pesan yang terkait dengan kehidupan. Renyah biasanya dituturkan saat ke ladang, kebun dan hutan.
v  Bacece’, yaitu perundingan para tokoh kampung, sanak keluarga, kerabat sekampung mengenai budi, hutang orang yang telah meninggal.
v  Pangka’, yaitu upacara untuk memperingati Ne’ Baruakng sewaktu turun ke bumi membawa padi dan mengajarkan tradisi berladang kepada manusia.
v  mura’atn, yaitu melakukan doa secara pribadi agar tidak ditimpa malapetaka.
v  Liatn, yaitu upacara ritual yang bersifat magis dan sakral dalam bentuk tarian dan doa atau vokal mantra (mantra yang dinyanyikan). Tujuannya pelaksanaan upacara ini tergantung dari orang atau keluarga yang melaksanakan, seperti berobat, mayar niat (membayar niat), ngangkat paridup (mengharap kehidupan yang lebih baik), dan lain sebagainya.
v  Mulo, yaitu pengucilan bagi orang yang melanggar adat istiadat dalam suatu masyarakat adat.
v  Gawe atau Gawai, yaitu upacara syukur atas apa yang telah diberikan Jubata atau menandai awal suatu kehidupan baru, seperti Gawe pasca panen, Gawe Balak (awal masa remaja), dan Gawe Penganten (menempuh hidup baru dalam berkeluarga).
v  Totokng, yaitu upacara penghormatan kepada kepala kayauan (kepala hasil mangayau) agar jangan sampai terkena kutuk kepala tersebut. Upacara ini dapat pula dikatakan untuk membuang sangar (dosa) atas kesalahan yang dilakukan saat Mangayau (memotong kepala) zaman dahulu.
v  Nyangahatn, yaitu upacara sembahyang atau berdoa menurut agama asli orang Dayak Kanayatn. Nyangahatn biasanya dilakukan sebelum melakukan sesuatu atau pada awal melakukan suatu upacara agar selamat dan terhindar dari gangguan makhluk halus. Nyangahatn juga digunakan untuk memanggil roh halus yang akan dimintai bantuannya dalam ritual pengobatan tradisional, seperti pengobatan dalam upacara liatn.
v   Dendo dan Lenggang, yaitu ritual perdukunan tradisi Dayak Kanayatn yang bersifat magis dan mendapat pengaruh budaya Melayu dan Cina. Tujuan upacara ini biasanya menyesuaikan niat orang)
v  atau keluarga yang melaksanakan upacara tersebut.

Bottom of Form

BAB. III
PENUTUP.
A.                KESIMPULAN
Berdasarkan ulasan pada pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa :
1.                   Suku Dayak kenayant memiliki beberapa jenis upacara adat yang tidak dapat dipisahkan dari system kepercayaan dan religi yang diwujudkan melalu berbagai ritual yang di maksudkan sebagai pembuktian keyakinan terhadap Jubata dan merupakan transpormasi hubungan manusia dengan alam gaib
2.                   Jenis upacara Tradisional suku dayak kenayant antara Lain :

B.     SARAN
1.      Sebainya kita harus menjaga  kelestarian budaya adat istiadat yang ditinggalkan oleh nenek moyang kita dan juga tetap mengikuti perkembangan jama agar tidak menjadi masyarakat terbelakang
2.      Kenajuan teknologi Juga sebaiknya harus di imbangi dengan ketaatan terhadap norma di masyarakat agar tidak terjadi penyimpangan


DAFTAR PUSTAKA

 Stepanus Djuweng ed., Manusia Dayak, Orang Kecil yang Terperangkap Modernisasi (Pontianak: Institute of Dayakology Research and Development, 1998) pp. 59-71.
Umar Kayam, Seni, Tradisi, Masyarakat (Jakarta: Sinar Harapan, 1981), p. 60.
Ibid , p. 58.
 Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi (Jakarta: Rineka Cipta, Cetakan kelapan, 1990), pp. 186-188.
Wawancara langsung dengan Maniamas Miden Sood, Seniman dan Dukun Dendo, 29 April 2006, Dsn. Asong Pala, Ds. Aur Sampuk, Kec. Sengah Temila, Kab. Landak, Kalimantan Barat. Diijinkan untuk dikutip.
Al Yan Sukanda, “Tradisi Musikal dalam Kebudayaan Dayak”, dalam Paulus Florus, ed., op.cit., p. 133.

Komentar

  1. ini baru tentang 1 suku dayak... bayangkan kalau adat dari ratusan suku dayak lainnya ditulis dan diposkan seperti ini ... dibaca oleh siapa saja yg tertarik dg budaya dan adat istiadat... siapa tau mereka akan bilang woww :)

    BalasHapus
  2. itu lah.................
    saya lagi berusaha mencari data tentang obat tradisional suku dayak.

    BalasHapus
  3. saya sangat trtarik untuk tahu lebih dalam tentang suku dayak, karena generasi yang sekarang sangat minim pengetahuan tentang suku dan budaya sendiri :) termasuk saya hehe

    BalasHapus

Posting Komentar